Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto menjelaskan, peran masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa dalam kemerdekaan sangatlah besar. Hal tersebutlah yang dilihat Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri ketika menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional.
“Beliau dalam kapasitas ketika Presiden ke-5 RI mengambil momentum historis atas dasar prinsip ideologi Pancasila dengan menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional,” ujar Hasto dalam perayaan Imlek yang digelar oleh PDIP, Selasa (1/2).
Hal serupa juga dilihat Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno dalam melihat masyarakat Tionghoa. Dalam perspektif ideologis, banyak peran penting dari mereka dalam kemerdekaan Indonesia. “Dalam perspektif ideologis sebenarnya kita lihat tadi ditayangkan sejarah orang-orang Tionghoa dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa,” ujar Hasto.
Soekarno, kata Hasto, juga memandang China sebagai negara yang memiliki peran penting di dunia. Bahkan, ia juga memperjuangkan negeri tirai bambu itu sebagai representasi dari bangsa-bangsa Asia.
“Dalam pidato to build the world a new tahun ’60, Soekarno memperjuangkan agar Tiongkok menjadi representasi dari bangsa-bangsa Asia untuk duduk di dalam anggota Dewan Tetap Keamanan PBB,” ujar Hasto.
Karenanya, cukup luar biasa peran tokoh Tionghoa dan China terhadap Indonesia. Saat Megawati menjadi presiden, ditetapkanlah Imlek menjadi hari libur nasional.
“Itulah yang diletakkan Ibu Megawati Soekarnoputri dengan menetapkan hari Imlek sebagai hari libur nasional agar kita memahami seluruh khazanah kebudayaan kita yang terbentuk bukan tunggal, tetapi sangat heterogen dan membentuk satu watak, satu kultur bangsa Indonesia,” ujar Hasto.